Baru

6/recent/ticker-posts

Eksistensi Santri Pondok Pesantren Sebagai Pendakwah Yutubi

 

Oleh: Mohamad Rozkit Bouti
                                                                   

Pendahuluan

Dalam kehidupan masyarakat di era disrupsi dapat dikatakan internet memang sudah menjadi kebutuhan. Dimana segala aktifitas manusia banyak menggunakan internet. Sebagaimana laporan dari We Are Social1 mengatakan bahwa pada tahun 2020 ada 175,4 juta pengguna internet di Indonesia. Jika dibanding dengan tahun sebelumnya, maka terdapat peningkatan 17%--25 juta pengguna internet. Berdasarkan total populasi di Indonesia yang berjumlah 271,1 juta jiwa, 64% lebih setengah penduduk Indonesia telah merasakan akses ke dunia maya. Saat ini masyarakat Indonesia yang memiliki handphone sebanyak 338,2 juta artinya melebihi jumlah penduduk yang ada. Adapun media sosial yang banyak diminati adalah Youtube, WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, Line, FB Messenger, Linkedln, Pinterest, We Chat, Snapchat, Skype, Tik Tok, Tumblr, Reddit, Sina Weibo. 

Dalam kehidupan keagamaan di era disrupsi, internet menjadi sumber rujukan untuk mencari referensi tentang ilmu keagamaan. Segala macam ilmu tentang agama berseliuran di internet salah satunya melalui aplikasi youtube. Seseorang yang tidak mengerti dengan masalah agama, ia dengan mudah membuka aplikasi dan memilih beragam video yang sesuai dengan kriteria masalah yang ingin dicari. Hal ini memang memudahkan, namun tidak jarang ini juga menimbulkan kesenjangan. Banyak orang-orang yang menjadi ustadz dadakan yang tidak berlatar belakang pondok pesantren atau Lembaga keagamaan lainnya yang memberikan pemahaman agama yang menyimpang, sehingga dapat menjadikan Islam terlihat keras, kolot, konservatif bahkan penuh kekerasan.  

Hal ini tentu menjadi peran bagi para santri yang memiliki latar belakang pondok pesantren atau yang tengah belajar di pondok pesantren. Para santri perlu muncul ke permukaan untuk menampilkan Islam sebenarnya yang cinta damai, rahmatan lil ‘alamin dan toleransi. Santri perlu melakukan perubahan dan menggunakan internet sebagai cara untuk berdakwah, salah satu caranya adalah dengan menjadi pendakwah yutubi—pendakwah youtube. Jadi, bagaimana peran seorang santri dalam menyebarkan dakwah Islam di era ditrupsi? Dan dakwah seperti apa yang seharusnya diberikan kepada khalayak umum di masa sekarang? Untuk itulah judul artikel ini akan membahas mengenai “Eksistensi Santri Pondok Pesantren sebagai Pendakwah Yutubi”

Santri Pondok Pesantren Sebagai Pendakwah Yutubi  

Sedari awal santri dapat diartikan sebagai seorang yang tengah belajar di pendidikan pondok pesantren. Pesantren yang menjadi tempat untuk belajar bagi para santri memiliki cara khusus untuk mengajarkan dan mendiskusikakn ilmu keagamaan, salah satu caranya yaitu bahtsul masail, cara ini mengharuskan santri untuk mampu mengembangkan pikiran dalam memahami kitab-kitab keagamaan yang sering disebut dengan kitab kuning. Sebagai individu yang belajar di pondok pesantren sudah pasti santri mengetahui tentang khazanah keilmuan Islam, seperti akidah, Syariah, akhlak, dan muamalah.

Sebagaimana perintah Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan kebaikan walaupun hanya dengan satu ayat, maka kewajiban dari seorang santri adalah mensiarkan pemahaman keagamaannya kepada orang lain. Cara menyampaikan dakwah pun beragama, ada yang sifatnya konvensional yaitu dengan pengajian di masjid dan ada yang modern yaitu dengan melalui media internet seperti youtube. Sebelum melangkah lebih jauh, ada hal yang perlu dipahami. Dalam masyarakat, tidak jarang kita mendengar asumsi masyarakat bahwa santri itu cenderung kolot, kaku dan tidak modern. Mendengar hal ini tentu tidak ada yang perlu dipersalahkan. Namun, tugasnya adalah menjadikan asumsi tersebut berubah dan mengarah ke arah yang positif. Mengapa santri tidak memulainya dengan menjadi luwes, modern dan terbuka serta dapat diterima banyak orang. berdakwah melalui youtube contohnya. Masyarakat di era sekarang cenderung lebih membuka youtube untuk mencari informasi yang mereka tidak ketahui, karena hanya dengan sekali klik maka seluruh informasi yang ada di seluruh dunia akan tersaji. Santri sebagai individu yang berasal dari pondok pesantren tentu memiliki kelebihan bahwa ilmu yang didapatkan memiliki sanad yang jelas hingga sampai ke Rasulullah SAW.

Salah satu ustadz yang dapat menjadi contoh dalam eksistensi santri menjadi pendakwah yutubi adalah Habib Ja’far Husein Al-Hadar. Beliau yang tidak lain adalah seorang habib dan berlatar belakang pondok pesantren membuka diri untuk menjadi conten creator di salah satu akun youtube Jeda Nulis. Salah satu Habib dengan penampilan anti mainstream ini juga menyampaikan dakwah dengan penuh kedamaian dan toleransi, sehingga yang melihat merasakan keindahan dan kedamaian Islam. Contoh lain, ustadz Abdul Somad dengan gaya ceramah beliau yang luwes dan mudah dipahami sampai video beliau yang ada di youtube menjadi trending. Dakwah dengan hal seperti ini akan cenderung mudah diterima oleh khalayak umum. Orang yang cenderung tidak punya waktu untuk menghadiri pengajian akan mendapatkan akses dengan mudah melalui dakwah yang disampaikan dengan youtube. Selain itu, nilai-nilai Islam sebenarnya yang damai, cinta terhadap sesama, rahmatan lil ‘alamin dan toleransi menjadi pelajaran penting bagi semua orang. Dalam pandangan salah satu tokoh pendiri ThoughtLead, Sam Rosen. Ia mengatakan bahwa ada dua asumsi yang mengkorelasikan antara islam dan media digital.4 Pertama, tingkat tindakan. Seseorang yang mengakses informasi melalui internet dan menyebarkan informasi tersebut perlu melakukan klarifikasi terkait informasi yang didapatkan. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan pada QS. Al-Hujurat ayat 6.

Ayat tersebut memberikan sebuah penjelasan kepada umat Islam, pada saat mendapatkan sebuah informasi, maka perlunya untuk menggali kebenaran yang jelas atas kebenaran informasi tersebut, sehingga informasi tersebut benar-benar valid dan tidak membahayakan khalayak umum. Kedua, tingkat kontekstual. Hal yang perlu dihadapi oleh masyarakat khususnya para santri pada tingkat kontekstual adalah ide, pemikiran serta gagasan yang luar biasa. masyarakat muslim terutama santri harus mampu menguasai kecanggihan teknologi sehingga dapat menghadirkan gagasan-gagasan baru tentang Islam tanpa menghilangkan esensi sebenarnya dari Islam. Dengan demikian, seorang santri yang sedang atau telah menempuh pendidikan di pondok pesantren perlu meyesuaikan dakwah dengan tuntutan zaman. Salah satu solusi yang dapat dijadikan sebagai jalan dakwah sehingga Islam mudah diterima oleh masyarakat umum adalah dengan menjadi pendakwah yutubi yaitu berdakwah dengan video yang dibawakan dengan cara-cara kreatif dan mudah dipahami.

Penutup 

Menjadi seorang santri di era disrupsi terdapat banyak sekali tantangan dalam berdakwah. Tantangnya berasal dari pandangan negatif masyarakat mengenai santri dan minimnya pemahaman teknologi. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka santri perlu menemukan solusi dan mengambil peluang. Solusi yang ditawarkan adalah dakwah yutubi yang dapat menjadi akses sangat luar biasa untuk penyebaran dakwah Islam. Peluangnya adalah dengan menggunakan youtube dapat diakses oleh banyak orang, videonya dapat diputar berulang kali dan mendapat pahala jariyah yang insyallah selalu mengalir kepada pendakwah.

Penulis merupakan Alumni Pondok Pesantren Al-Huda Gorontalo dan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya - Juara Harapan 3 Cabang Lomba Esai Festival Santri Nasional 2021 CSSMoRA UIN Alauddin Makassar.

Posting Komentar

0 Komentar