![]() |
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Alauddin Makassar |
Semua berawal dari
harapan yang besar serta individualis, modal potensi yang mungkin dianggap
biasa dan tidak variatif adalah kekuatan untuk bertarung bersama ribuan pemimpi
lain dari berbagai daerah yang berbeda untuk masuk ke dalam tempurung
kebanggaan yang melekat kepadanya pandangan “berprestasi”, yakni sebagai
penerima beasiswa santri berprestasi.
Berprestasi sering
menjadi anggapan orang sebagai sebab yang fundamental sehingga kami berhasil
menjadi bagian dari Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Ini merupakan
suatu kelaziman karena menjadi seratus dari seribu (terseleksi) bukanlah hal
yang mudah jika dibayangkan, namun anggapan ini tidak sepenuhnya sejalan dengan
realita yang ada, memang benar tetapi kebenarannya fragmentaris. Manefestasi dari
pada bukti kebenaran fragmentaris ini adalah munculnya sebuah ucapan secara
sadar dari sebagian mahasantri PBSB yang menggantikan kepanjangan PBSB (Program
Beasiswa Santri Berprestasi) menjadi PBSB (Program Beasiswa Santri Beruntung).
Memang terkesan lucu, namun hal ini secara deduktif mengindikasikan bahwa
“kelulusan” menurut mereka termasuk saya bukan karena berprestasi melainkan
keberuntungan.
Istilah “keberuntungan”
sengaja dikeluarkan sebagai bentuk kesadaran bahwa potensi yang dimiliki belum
mampu menjadi representasi dari pada prestasi. Siapa yang kemudian mampu
memperoleh nilai yang baik dari tes sehingga dinyatakan lulus dalam PBSB,
itulah objek bersandarnya kata “berprestasi” dalam singkatan PBSB. Namun hal
ini adalah suatu penyimpulan statis yang hanya dilihat dari satu segi saja,
esensi berprestasi sesungguhnya tidak hanya mencakup pada lingkup seperti itu
melainkan menyoroti seluruh aspek kehidupan, baik itu akademik maupun dalam
kehidupan sosial. Jika sang subjek yang berprestasi adalah santri, maka
pengamalan seluruh nilai-nilai kepesantrenan itulah yang harus menjadi salah
satu barometernya. Sudah sejauh mana nilai-nilai itu terinternalisasi di dalam
jiwanya yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak santri lain (bukan
penerima-penerima beasiswa santri) memiliki pengetahuan serta keterampilan yang
luar biasa namun segala potensi itu tidak mampu menembus jaring-jaring
penyeleksian Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Maka sungguh
beruntunglah orang-orang yang lolos sebagai mahasantri PBSB. Selanjutnya
menjadi apakah keberuntungan itu, baik sebagai langkah awal kesuksesan ataupun
sekadar bayaran UKT saja, tergantung bagimana dia diarahkan. Maka bertindaklah
atas dasar cinta dan kebijaksanaan. Cinta sebagai pendorong untuk melakukan
suatu tindakan sedangkan kebijaksanaan sebagai tolak ukur akan nilai dari
tindakan tersebut. Tolak ukur itu secara umum ada dua yakni Al-Qur’an dan
Hadits.
Sebagai santri yang
menyandang gelar berprestasi, maka merupakan sebuah tanggung jawab untuk
membuktikannya dalam sebuah prestasi yang nyata dengan tetap menjaga
nilai-nilai kepesantrenan sebagai ciri khas yang harus dikobarkan. Ingatlah
“Prestasi yang disandang dalam PBSB adalah bukti kerja keras di bangku
pesantren, tak perlu terlalu dibanggakan dalam dunia perkuliahan tapi jadikan
sebagai spirit dan dorongan untuk menciptakan prestasi yang lebih besar”.
Penulis: Faisal S. Sangaji
3 Komentar
Terbait meman ����
BalasHapusSaya sangat apresiasi kepada adik Faisal, yang mampu mengukir idenya dalam tulisan ini.
BalasHapusMasukan nya untuk KOMINFO agar tetap aktif menggerakkan kader PBSB untuk bisa memuat tulisan di website ini
Salam Loyalitas Tanpa Batas
Online Casinos | SG Casinos | Play with $5 at the Sands Casino
BalasHapusLooking for the most popular slots? SG Casino has you covered with our best worrione selection septcasino of online casinos. Discover which casino has the best welcome bonus 바카라 and