Baru

6/recent/ticker-posts

Mengusap Wajah "Prestasi" dalam PBSB

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Alauddin Makassar

Semua berawal dari harapan yang besar serta individualis, modal potensi yang mungkin dianggap biasa dan tidak variatif adalah kekuatan untuk bertarung bersama ribuan pemimpi lain dari berbagai daerah yang berbeda untuk masuk ke dalam tempurung kebanggaan yang melekat kepadanya pandangan “berprestasi”, yakni sebagai penerima beasiswa santri berprestasi. 

Berprestasi sering menjadi anggapan orang sebagai sebab yang fundamental sehingga kami berhasil menjadi bagian dari Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Ini merupakan suatu kelaziman karena menjadi seratus dari seribu (terseleksi) bukanlah hal yang mudah jika dibayangkan, namun anggapan ini tidak sepenuhnya sejalan dengan realita yang ada, memang benar tetapi kebenarannya fragmentaris. Manefestasi dari pada bukti kebenaran fragmentaris ini adalah munculnya sebuah ucapan secara sadar dari sebagian mahasantri PBSB yang menggantikan kepanjangan PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) menjadi PBSB (Program Beasiswa Santri Beruntung). Memang terkesan lucu, namun hal ini secara deduktif mengindikasikan bahwa “kelulusan” menurut mereka termasuk saya bukan karena berprestasi melainkan keberuntungan.

Istilah “keberuntungan” sengaja dikeluarkan sebagai bentuk kesadaran bahwa potensi yang dimiliki belum mampu menjadi representasi dari pada prestasi. Siapa yang kemudian mampu memperoleh nilai yang baik dari tes sehingga dinyatakan lulus dalam PBSB, itulah objek bersandarnya kata “berprestasi” dalam singkatan PBSB. Namun hal ini adalah suatu penyimpulan statis yang hanya dilihat dari satu segi saja, esensi berprestasi sesungguhnya tidak hanya mencakup pada lingkup seperti itu melainkan menyoroti seluruh aspek kehidupan, baik itu akademik maupun dalam kehidupan sosial. Jika sang subjek yang berprestasi adalah santri, maka pengamalan seluruh nilai-nilai kepesantrenan itulah yang harus menjadi salah satu barometernya. Sudah sejauh mana nilai-nilai itu terinternalisasi di dalam jiwanya yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak santri lain (bukan penerima-penerima beasiswa santri) memiliki pengetahuan serta keterampilan yang luar biasa namun segala potensi itu tidak mampu menembus jaring-jaring penyeleksian Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Maka sungguh beruntunglah orang-orang yang lolos sebagai mahasantri PBSB. Selanjutnya menjadi apakah keberuntungan itu, baik sebagai langkah awal kesuksesan ataupun sekadar bayaran UKT saja, tergantung bagimana dia diarahkan. Maka bertindaklah atas dasar cinta dan kebijaksanaan. Cinta sebagai pendorong untuk melakukan suatu tindakan sedangkan kebijaksanaan sebagai tolak ukur akan nilai dari tindakan tersebut. Tolak ukur itu secara umum ada dua yakni Al-Qur’an dan Hadits.

Sebagai santri yang menyandang gelar berprestasi, maka merupakan sebuah tanggung jawab untuk membuktikannya dalam sebuah prestasi yang nyata dengan tetap menjaga nilai-nilai kepesantrenan sebagai ciri khas yang harus dikobarkan. Ingatlah “Prestasi yang disandang dalam PBSB adalah bukti kerja keras di bangku pesantren, tak perlu terlalu dibanggakan dalam dunia perkuliahan tapi jadikan sebagai spirit dan dorongan untuk menciptakan prestasi yang lebih besar”.

Penulis: Faisal S. Sangaji

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Saya sangat apresiasi kepada adik Faisal, yang mampu mengukir idenya dalam tulisan ini.

    Masukan nya untuk KOMINFO agar tetap aktif menggerakkan kader PBSB untuk bisa memuat tulisan di website ini

    Salam Loyalitas Tanpa Batas

    BalasHapus
  2. Online Casinos | SG Casinos | Play with $5 at the Sands Casino
    Looking for the most popular slots? SG Casino has you covered with our best worrione selection septcasino of online casinos. Discover which casino has the best welcome bonus 바카라 and

    BalasHapus