Baru

6/recent/ticker-posts

Takdir : Kompromisasi antara Probabilitas dan Deterministik


Dinamika kehidupan yang kita alami tentu tidak terlepas dari yang namanya masalah ia merupakan bagian dari proses hidup yang secara temporal semakin kompleks di setiap saat. Upaya yang dilakukan setiap orang untuk menghadapi masalah pun bermacam-macam, ada yang berupaya keras mencari solusi dan ada yang pasrah dengan dalil bahwa hal itu merupakan “takdir” dari tuhan yang tidak dapat dihindari. 

Dua upaya diatas menunjukan adanya paradigma yang berbeda dalam menyikapi masalah, ada yang memandangnya sebagai bagian dari mekanisme hukum alam yang bisa diterobosi dengan upaya-upaya determistik dan ada yang melihatnya sebagai ketetapan mutlak tuhan yang jalan keluarnya dikembalikan kepadanya sambil mengharapkan adanya kemungkinan baik (probabilitas) sebagai solusi atas permasalahan itu.

Dua pandang diatas tidaklah salah hanya saja sebagai insan beragama hal yang perlu kita bangun adalah bagaimana mengkombinasikan kedua perspektif tersebut sebagai basis espistemologi dalam menyikapi segala yang terjadi dalam kehidupan ini karna memang kehidupan ini berputar pada koridor probilitas dan deterministik atau yang dalam bahasa agama (islam) disebut dengan istilah sunnatullah dan inayatullah.

Diantara hukum hukum alam yang bekerja di alam semesta ini yaitu, pertama, kausalitas, sebab akibat atau ‘the law of cause and effect’. Dalam mencapai sesuatu kita difasilitas hukum kausalitas sebagai sarananya. Artinya bahwa, jika ingin berwawasan luas maka harus menempuh apa yang menjadi sebab-sebabnya salahsatunya perbanyak membaca begitu juga dengan persoalan lainnya jika ingin hidup damai dan sejahtera harus tau sebab-sebabnya, jika ingin sehat jasmani dan rohani harus tau dan melaksankan sebab-sebabnya. Artinya ada sebab ada akibat!

Kedua, hukum kepastian atau eksak. Segala sesuatu yang diciptakan sudah ditentukan kadarnya. Segala sesuatu berjalan secara proporsional sesusi ukurannya. Dalam tekanan satu atmosfer air akan mendidih dengan suhu satu derajat celcius. Perut kita hanya bisa menampung makanan dengan jumlah tertentu jika lebih dari takaran maka mungkin saja akan mengalami rasa sakit. Dalam konsep kesehatanpun ada ukuran normal berpa lama orang sebaiknya beraktifitas dan istirhat. Melanggar batas-batas dan ukuran yang sudah ditetapkan seperti halnya menganiaya diri sendiri.

Ketiga, hukum objektif. Segala sesuatu diciptakan dengan ukuran tertentu dan berlaku untuk semua orang tidak ada pemihakan. Semisal kematian, apakah itu kiayi, pendeta, bhiksu atau siapa saja pasti akan mengalaminya. Ulama atau pendeta, laki-laki atau perempuan yang tidak belajar tentu akan bodoh. Singkatnya hanya orang-orang yang mengaktulisasikan hukum alam itulah yang berhasil.

Keempat, hukum ketidakberubahan atau ‘immutable’. Dari dulu api itu panas, garam itu asing dan seluruh makhluk hidup akan mengalami kematian. Secara normal jika manusia ditusuk tubuhnya akan berdarah dan mengalami sakit bahkan jika tusukan itu parah maka akan mengalami kematian sebagai akibat dari mekanisme bialogis yang berlaku. Jadi segala sesuatu ada hukum ‘ketidak berubahan.

Seluruh hukum-hukum diatas menjadi sarana bagi kita untuk mencapai tujuan serta referensi untuk mencari jalan keluar dari problem kehidupan yang dihadapi. Namun demikian, sesuatu yang “ada” tentu ada yang mengadakannya. Stephen Hawking, seoraang fisikawan asal inggris pernah berpendapat bahwa dinamika kehidupan ini bersumber dari sebuah tatanan tunggal. Artinya ada zat yang menjadi causa prima (penyebab utama) dari dinamika alam semesta dan seluruh hukum alam, itulah tuhan. Oleh karenanya selain mengimplementasikan hukum alam, dalam menghadapi problmatika kehidupan. sebagai insan beragama kita perlu memohon persetujuan dari zat yang menjadi aktor dibalik hukum itu.

Penulis : Faisal S. Sangaji

Referensi :

-          Chodjim, Achmad. (2008). ALFATIHAH : Membuka Mata Batin dengan Surah Pembuka. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi.

-          Mustofa, Agus. Adan tak diusir dari Surga. Jakarta: Padma Press.



Posting Komentar

0 Komentar