Sulawesi Selatan, Mei
2025 – Upaya percepatan penurunan stunting di Indonesia menunjukkan hasil yang
menggembirakan. Berdasarkan data resmi Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024
yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan RI, prevalensi stunting nasional
berhasil ditekan menjadi 19,8%, mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya
(Kementerian Kesehatan RI, 2025).
Pencapaian ini sejalan
dengan target global yang tertuang dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs), khususnya dalam pemantauan status kesehatan yang dipaparkan dalam
laporan World Health Statistics 2025 oleh World Health Organization (WHO).
Dalam laporan tersebut, stunting tetap menjadi salah satu indikator penting
dalam mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat di tingkat global
(WHO, 2025).
Di tingkat provinsi,
data Kompas.com menyebutkan bahwa terdapat 10 provinsi yang berhasil menekan
angka stunting ke tingkat terendah, menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan
mulai dari hulu hingga hilir telah memberikan dampak nyata. Namun, tantangan
tetap ada di level kabupaten/kota, terutama di wilayah-wilayah yang masih
memiliki angka kejadian stunting yang tinggi dan membutuhkan perhatian lintas
sektor.
Salah satu contoh gerak
cepat di tingkat daerah datang dari Kecamatan Galesong Utara (Galut), Kabupaten
Takalar, Sulawesi Selatan. Seperti dilansir oleh Rakyat Sulsel (2024), Camat
Galut, Sumarlin, S.pd menginisiasi pertemuan lintas sektor dalam rangka
percepatan penanganan stunting di wilayahnya. Aksi kolaboratif ini melibatkan
berbagai pihak seperti petugas kesehatan, tokoh masyarakat, PKK, kepala desa,
dan stakeholder lainnya. Tujuannya adalah memperkuat konvergensi program,
memastikan sasaran intervensi gizi tepat, dan mendorong partisipasi aktif
seluruh elemen masyarakat dalam pencegahan stunting sejak dini.
Upaya ini mencerminkan
komitmen kuat dari pemerintah daerah Kabupaten Takalar dalam mendukung agenda
nasional dan global untuk mewujudkan generasi Indonesia yang lebih sehat, bebas
stunting, dan berkualitas. Pendekatan yang dilakukan tidak hanya
menitikberatkan pada aspek gizi balita, tetapi juga mencakup edukasi ibu hamil,
peningkatan akses air bersih, sanitasi, dan layanan kesehatan dasar.
Keberhasilan penurunan stunting tidak bisa hanya mengandalkan satu sektor. Diperlukan kerja sama lintas bidang, penguatan kapasitas tenaga kesehatan, serta peran aktif keluarga dan komunitas. Bila tren positif ini terus dijaga, bukan tidak mungkin target Indonesia bebas stunting pada 2030 akan menjadi kenyataan.
Sumber:
World Health Organization. (2025). World Health Statistics 2025: Monitoring Health for the SDGs. Retrieved from https://www.who.int/data/gho/publications/world-health-statistic
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2025, 26 Mei). SSGI 2024: Prevalensi Stunting Nasional Turun Menjadi 19,8%. Retrieved from https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20250526/2247848/ssgi-2024-prevalensi-stunting-nasional-turun-menjadi-198/
Kompas.com. (2024, 13 Mei). 10 Provinsi dengan Prevalensi Stunting Terendah. Retrieved from https://lestari.kompas.com/read/2024/05/13/150000786/10-provinsi-dengan-prevalensi-stunting-terendah
Rakyat Sulsel – Fajar Network. (2024, 21 Mei). Aksi Cepat Tangani Stunting, Camat Galut Kumpulkan Mitra Lintas Sektor. Retrieved from https://rakyatsulsel.fajar.co.id/2024/05/21/aksi-cepat-tangani-stunting-camat-galut-kumpulkan-mitra-lintas-sektor/
Tags: Berita kesehatan
0 Komentar